*Naskah pidato pernikahan Minke dan Annelis.*
(Saya memerankan tokoh sebagai Minke dalam buku Bumi Manusia karangan Pramoedya Ananta Toer).
Selamat malam dan terima kasih ku kepada Tuan Residen, Tuan direktur, guru besarku Magda Peters, dr. Martinet, sahabat-sahabatku dari keluarga De la croix, sahabat ku beserta adik kecil ku tercinta Jean Marais dan May, Tuan dan Mevrow Telinga, beserta hadirin semua yang tiada pernah ku sebutkan satu persatu. Hari ini saya 'Minke' ingin mengucapkan terima kasih kepada Bunda ku tercinta. Seorang yang penuh kasih, tiada pernah memarahi, selalu bersama ku walau dalam keadaan genting. Bunda restuilah anak yang kurang ajar ini, yang tiada cakap dalam melayu.
Dalam kesempatan ini aku ingin menyampaikan sesuatu pada Bunda, yang merupakan judul pidato ku saat ini "Sahaya menang Bunda dan sahaya tiada akan lari dari cobaan". Disini, hari ini anak mu bersanding dengan boneka ku Annelis menjadi pasangan paling berbahagia. Banyak peluh, sesak yang tak terelakkan dan sakit yang tak kepalang untuk mempertahankan Annelisku. Cinta sahaya yang tulus kepada anak Indo keturunan Nyai.
Hari ini adalah kemenangan sahaya yang akan menjadi sejarah dalam hidup sahaya juga Annelis tentunya. Ketika banyak orang mencemooh, ketika banyak mata memandang sahaya tajam. Sahaya berdiri dengan penuh keyakinan, karena sahaya merasa benar. Lihatlah Bunda anak mu tiada lari sedikitpun dan lihatlah guruku Magda Peters, aku bertanggung jawab atas pilihanku. Hari ini aku amat berbahagia membuat semua orang menyadari antara pribumi dan indo tiada akan ada perbedaan jika memiliki cinta yang tulus.
Jika ku kembali mengingat kali pertama perjumpaan dengan Annelis, kecantikan kreol, sikapnya yang malu-malu membuat ku terbayang-bayang akan ciptaan yang mempesona ini. Dirinya yang begitu indah selalu bergelayut manja di pelupuk mata. Dalam batinku menyeru "indahnya ciptaanmu ini, seorang anak keturunan Nyai, namun bukan sembarang Nyai". Bagiku Nyai sendiri sangat istimewa. Beliau adalah Nyai pertama yang ku temui, sebagai seorang yang tangguh, pekerja keras dan cerdas walau tiada pernah duduk di bangku sekolah. Dari situlah aku berpikir untuk bersikap adil mulai dari pikiran lalu tindakan. Bagiku beliau adalah Nyai yang terhormat. Perkenalan yang singkat, semua terjadi begitu saja, bukanlah hal sulit untuk merebut hati boneka ku Annelis, tapi upaya penuh untuk sampai ke pernikahan ini, karena itulah ku anggap cintaku adalah pengorbanan.
Sebagai anak keturunan residen dan bersekolah di HBS, ayahku memiliki harapan yang jauh setelah aku lulus sekolah. Dengan segala penghormatan sahaya , sahaya ucapkan mohon maaf kepada ayahanda. Sahaya menikah bukan berarti sahaya tiada mampu lagi berkarya dan menunjukkan yang terbaik, terlebih sahaya sudah memiliki teman yang akan dapat sahaya ajak berdiskusi untuk masa depan kami. Ayah, sahaya mohon restuilah anak yang lancang ini di hari yang membahagiakan ini, seperti Ibunda yang tiada menghakimi dan percaya atas semua keputusanku.
Sekali lagi, sahaya mohon untuk Ayah, Bunda, Mama dan para hadirin di sini restuilah kami dan do'akan lah kami untuk mengarungi bahtera rumah tangga kami. Semoga sahaya dapat menjadi nahkoda yang baik dan bijaksana, semoga Annelisku akan menjadi perhiasan terindah di bumi ini dan melahirkan Minke dan Annelis kecil yang kan menambah riang pelayaran kami.
Malam yang dingin ini, bulan tersenyum indah dan bintangpun menemani, menyaksikan peraduan kami. Akhir kata, ku ucapkan untuk semua yang terjadi dan terlibat hingga di hari ini. "Hidup adalah pengorbanan dan janganlah lari dari cobaan".
Terima kasih _